Contoh Judul Skripsi Penelitian Kualitatif Pendidikan Matematika Beserta Latar Belakang Masalah5/9/2019 Penelitian dan Pengembangan atau R&D adalah salah satu metode penelitian selain metode kuantitatif dan metode kualitatif. R&D merupakan penelitian yang biasanya digunakan peneliti untuk melakukan pengembangan suatu produk. Jadi banyak para peneliti menggunakan metode penelitian R&D untuk mencipta suatu produk tertentu seperti model pembelajaran, metode, media pembelajaran, Dalam melakukan penelitian R&D ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Analisis kebutuhan 2. Uji Keefektifan Analisis kebutuhan dalam penelitian ini dilakukan guna menentukan atau menemukan ide produk yang akan dikembangkan atau dicipta. Sementara, uji efektifitas digunakan guna mengetahui efektifitas dari produk tersebut. Ada 10 langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian R&D, yaitu: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Ujicoba produk, (7) Revisi produk, (8) Ujicoba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi masal. Untuk lebih memahami tentang penelitian R&D silahkan baca Contoh Skripsi R&D. Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang di amati. Data lain yang menunjukan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei pusat statistika internasional untuk pendidikan (National Center for Education statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika di Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay. Bahkan, sampai sekarang mata pelajaran matematika khususnya pada tingkat sekolah dasar masih memiliki berbagai masalah diantaranya matematika dianggap mata pelajaran yang tidak menarik dan diasumsikan sulit oleh siswa, serta sistem pengajaran guru yang bersifat konvensional (Ujianto,2012). Banyak para ahli yang mengemukakan faktor- faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing- masing. Ada yang meninjau dari sudut intern anak didik dan ada yang meninjau dari sudut ekstern anak didik (Djamarah, 2002:201). Menurut Muhibbin Syah factor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yaitu yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau inteligensi anak didik, yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. Dan yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat- alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga). Sedangkan faktor- faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik, yakni lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Adapun faktor- faktor penyebab kesulitan belajar yang bersifat khusus, seperti sindrom psikologis berupa Learning Disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom adalah suatu gejala yang timbul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Misalnya: disleksia yaitu ketidakmampuan dalam belajar membaca, disgrafia yaitu ketidakmampuan menulis, dan diskalkulia yaitu ketidakmampuan belajar matematika. SMPN 10 Kendari memiliki 11 kelas yaitu kelas VII empat kelas, kelas VIII empat kelas, dan kelas IX ada tiga kelas yang masing-masing kelas terdiri 35 siswa. SMPN 10 Kendari memiliki 4 guru matematika yang semuanya sarjana pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di Sekolah tersebut diungkapkan bahwa prestasi siswa kelas IX B masih dalam kategori rendah. ![]() Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada semester gajil yaitu 59,19 yang hal ini ternyata dibawah nilai KKM sekolah yaitu 60. Hal ini ternyata diakibatkan system pembelajaran yang diterapkan oleh guru matematika di sekolah tersebut masih bersifat konvensional yang pembelajarannya berpusat pada guru ( Teached Oriented). Siswa belum aktif dalam kegiatan pembelajaran karena guru lebih memberikan materi bersifat ceramah, sedangkan aktivitas siswa hanya mendengar dan mencatat saja, sangat jarang ditemukan diskusi kelompok atau bentuk tukar pikiran lainnya baik dilakukan antara siswa terhadap siswa maupun tukar pikiran antara siswa dengan guru. Menurut keterangan salah seorang guru matematika kelas IX B SMPN 10 Kendari, bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan. Sementara itu, pada materi kesebangunan dan kekongruenan guru selalu menerapkan model pembelajaran ceramah dalam proses pengajarannya sehingga siswa selalu tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran. Akibatnya, siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas yang dilakukan sebagian besarnya adalah mendengar dan menctat saja, sehingga dapat dikatakan bahwa pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan siswa belum maksimal dalam memahaminya. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti berpendapat bahwa perlunya perbaikan pembelajaran pada siswa kelas VIIB SMPN 10 Kendari.
0 Comments
Leave a Reply. |